Senin, 11 Februari 2013

Hipersensitivitas Dentin


Pengertian

Sensitivitas dentin adalah rasa yang tidak nyaman atau nyeri yang disebabkan rangsangan termal, kimiawi dan mekanik pada satu atau lebih gigi. Rasa sensitif ini terjadi apabila dentin terbuka yang disebabkan oleh resesi gingiva, abrasi, erosi, penyakit periodontal, kerusakan restorasi, atau karies. Tubulus pada daerah yang sensitif lebih lebar dan banyak daripada di area yang tidak sensitif. Daerah sensitif biasanya terletak pada permukaan servikal margin gigi.
Etiologi
Etiologi dari hipersensitivitas dentin adalah resesi gingiva dan hilangnya email. Resesi gingiva dan hilangnya email memiliki banyak sebab dan mengakibatkan terbukanya sementun dan/atau dentin. Sementum yang terbuka karena resesi gingiva menjadi tipis, mudah terabrasi atau tererosi dan bisa menyebabkan hipersensitivitas dentin. Beberapa penyebab resesi gingiva termasuk anatomi labial plate dari tulang alveolar, abrasi sikat gigi, penyakit periodontal dan operasi, kebersihan mulut yang buruk, trauma akut dan kronis, perlekatan frenulum, dan trauma oklusal.
Anatomi gigi dan posisi gigi dapat mempengaruhi ketebalan labial plate dari tulang alveolar. Tipisnya labial plate dari tulang alveolar dapat menyebabkan terjadinya resesi gingiva. Kebersihan mulut yang buruk merupakan faktor yang berkontribusi terhadap resesi gingiva. Plaque-induce gingivitis dapat menyebabkan resesi dan hilangnya perlekatan bila plak kontrol tidak adekuat. Teknik menyikat gigi menyebabkan trauma gingiva juga merupakan faktor penyebab resesi gingiva, yaitu frekuensi, durasi, dan kekuatan menggosok gigi. Kekuatan yang berlebihan dan teknik yang tidak tepat dapat menyebabkan resesi. Trauma oklusal dan perlekatan frenulum merupakan dua faktor yang menyebabkan resesi dan hipersensitivitas. Penyebab resesi gingiva yang lain adalah gingiva cekat yang tidak adekuat, operasi gingiva, skeling dan root planing yang berlebihan, pembersihan gigi dan flossing yang berlebihan, hilangnya perlekatan gingiva karena patologis dan hilangnya perlekatan selama prosedur restorasi. Semua etiologi tersebut memungkinkan terbentuknya permukaan akar yang terbuka yang kemudian menjadi faktor predisposisi dari hipersensitivitas dentin.
Hilangnya email yang mengakibatkan terpaparnya dentin akan mengakibatkan hipersensitivitas dentin. Atrisi, abrasi, erosi dan abfraksi adalah kondisi kerusakan email.. Ketika terjadi hilangnya email dan atau resesi gingiva, dentin atau sementum akan terkelupas dan abrasi yang terjadi lebih cepat daripada email karena komposisi material anorganik dalam dentin maupun sementum lebih rendah. Dalam hal ini dentin akan terabrasi 25 kali lebih cepat daripada email dan sementum akan terabrasi 35 kali lebih cepat daripada email.
Faktor yang mempengaruhi hilangnya email:
  1. Abrasi : Abrasi biasanya disebabkan karena menggosok gigi, seperti metode menggosok gigi, frekuensi menggosok, bahan abrasif pada pasta gigi, dan durasi menggosok gigi adalah faktor yang akan mempengaruhi hilangnya struktur gigi
  2. Atrisi : Merupakan kerusakan email yang disebabkan oleh gigi dalam menjalankan fungsinya.
  3. Erosi : Erosi adalah suatu kondisi yang irrefersibel dan bisa berasal dari dalam maupun luar. Salah satu faktor intrinsiknya adalah tingginya asam lambung dan bulimia, sedangkan faktor entrinsiknya adalah diet makanan yang akan mempengaruhi keasaman mulut. Kerusakan email akan terjadi pada pH di antara 5-5,7. Asam yang tinggi akan merusak email, yang semakin lama dentin akan terpapar dan akan menghilangkan smear layer kemudian akan membuka tubulus dentin yang menyebabkan gigi menjadi sensitif dan nyeri. Dalam hal ini erosi merupakan faktor yang lebih bersar untuk mempengaruhi hipersensitivitas dentin daripada abrasi.
  4. Abfraksi

Klasifikasi Resesi Gingiva
  1. Klas I : Sempit atau lebar, resesi terlokalisasi pada permukaan fasial, papilla interdental masih baik, resesi tidak sampai ke mucogingival line. Dapat dilakukan perawatan lengkap cangkok jaringan lunak (free connective tissue graft). Jaringan dapat menutup 100%.
  2. Klas II : Sempit dan lebar, resesi terlokalisasi pada permukaan fasial, resesi memanjang melewati mucogingival line sampai mukosa bergerak. Masih bisa dilakukan perawatan untuk menutup akar gigi yang terbuka. Dapat dilakukan dengan GTR (Guided tissue regeneration).
  3. Klas III : Resesi gingiva memanjang melewati mucogingival line sampai mukosa bergerak, papila interdental menyusut (mulai mengalami resesi) dan terjadi malposisi gigi. Tidak dapat dilakukan perawatan lengkap. Gingiva bagian akar dapat menutup dengan baik, namun perawatan bedah pun tidak dapat meregenerasi jaringan papila interdental.
  4. Klas IV : Hilangnya tulang alveolar dan jaringan lunak di sekitar gigi. Hilangnya jaringan lunak dapat terjadi karena periodontitis. Regenerasi dari jaringan lunak yang hilang dengan prosedur bedah tidak memungkinkan.

Stimulus yang menyebabkan nyeri dikategorikan menjadi mekanik, termal, kimiawi dan osmotik.
  1. Mekanik : Salah satu contoh faktor mekanik yang menyebabkan hipersensitivitas dentin adalah dehidrasi pada dentin. Udara akan menyebabkan cairan dalam dentin keluar dari alur sehingga mendorong proses odontoblas menjauhi tubulus, menstimulasi saraf sensori pulpa. Selain itu faktor mekanik langsung bisa disebabkan oleh instrumen dental (seperti scaling). Selain itu trauma mekanik juga bisa disebabkan saat sikat gigi. Cara menggosok gigi yang salah dapat menyebabkan resesi gingiva maupun abrasi.
  2. Termal : Nyeri dapat disebabkan juga oleh suhu. Misalnya beberapa orang merasa nyeri ketika makan makanan yang dingin atau panas atau ketika area dentin terekspos air dingin. Hal ini disebabkan karena suhu akan mengekspansi cairan dalam dentin menyebabkan penekanan pada odontoblas yang menyebabkan nyeri.
  3. Kimiawi dan Osmotik : Contoh faktor kimiawi yang menyebabkan hipersensitivitas dentin adalah makanan yang manis, masam, atau makanan yang mengadung asam tinggi. Cairan tubular memiliki osmolalitas yang lebih rendah daripada larutan gula atau garam sehingga cairan tubular akan bergerak menuju larutan dengan osmolalitas yang lebih tinggi. Pergerakan cairan tubular tersebut akan menyebabkan nyeri. Beberapa makanan yang mengandung asam akan larut dalam enamel dan akan mencapai dentin.

Manajemen dan Perawatan
Mengedukasi pasien tentang penyebab dan manajemen hipersensitivitas dentin. Langkah pertama adalah mengindentifikasi penyebab atau etiologi. Setelah itu baru mengedukasi pasien. Modifikasi perilaku seperti instruksi pada teknik menyikat gigi, menggunakan tipe bulu sikat yang tepat (menghindari penggunaan sikat gigi yang medium atau keras) dan menghindari menggunakan terlalu banyak pasta gigi atau pengulangan pengaplikasian pasta gigi saat sedang menyikat gigi. Edukasi tentang penggunaan sikat gigi, floss dan alat interdental penting untuk mencegah hilangnya struktur gigi lebih lanjut dan hipersensitivitas dentin. Modifikasi perilaku lainnya berfokus pada pilihan diet, menghindari minuman yang berkarbonasi, makanan dan minuman asam untuk mengurangi risiko erosi (dan meningkatkan terpaparnya dentin dan hipersensitivitas dentin), dan menghindari minuman dan makanan yang panas/dingin untuk mengurangi stimulasi perpindahan cairan dan impuls transmisi dan menghasilkan nyeri.
Pasien harus diedukasi kapan dia harus menyikat gigi, misalnya tidak langsung menyikat gigi setelah memakan makanan dan minuman asam, lebih baik berkumur dengan air dan menunggu paling tidak 2 sampai 3 jam sebelum menyikat gigi. pasien juga memerlukan edukasi tentang efek pemutihan gigi, pemutihan gigi dapat berkontribusi pada hipersensitivas dentin, karena membuka tubulus dentinalis selama perawatan pemutihan gigi. pasien yang memiliki gigi sensitif harus ditangani dulu sensitivitasnya sebelum perawatan pemutihan gigi dilakukan dan sama seperti pasien yang mengalami sensitivitas selama perawatan pemutihan gigi berlangsung, juga harus diberikan instruksi yang spesifik dan benar.
Pilihan perawatan
Perawatan hipersensivitas dentin meliputi self-applied, at-home desensitizing agent dan professional in-office. Pilihan perawatan dapat dikategorikan menjadi dua berdasarkan metode aksinya.
  1. Untuk memblok tubulus dentinalis, bahan yang dapat digunakan adalah oxalate compounds, stronsium klorid, hidroksietilmetakrilat (HEMA) dan fluoride. Selain fluoride, dapat digunakan kalsium fosfat, kalsium hidroksida, CPP ACP dan kalsium sodium fosfosilikat. Perawatan hipersensitivitas juga melihat pada potensi untuk remineralisasi dengan meningkatkan kadar kalsium dan fosfat pada saliva, serta menstimulasi pembentukan kalsium fosfat atau hidroksiapatit. Kalsium fosfat memblok tubuli dengan membentuk kalsium fosfat, ketika kalsium hidroksida memblok tubuli dan menghasilkan pembentukan peritubular dentin.
  2. Produk yang mengganggu transmisi impuls saraf bekerja dengan meningkatkan konsentrasi ion potasium ekstraseluler dan menyebabkan polarisasi. Eksitasi saraf berkurang dan saraf menjadi kurang sensitif terhadap stimulus. Potasium nitrat merupakan bahan aktif yang menggunakan metode ini.


In office
Glutaraldehid/HEMA-based dapat meredakan hipersensitivitas dengan segera setelah perawatan dan mengurangi permeabilitas dentin. Oxalate-based treatment (protect) juga efektif dalam mengurangi permeabilitas dentin. Pilihan ketiga adalah 5% sodium fluoride varnish yang diaplikasikan secara topikal untuk memblok tubulus dentinalis. Pada awalnya membentuk sebuah barier yang menutupi dentin yang terbuka. Perawatan ini efektif dalam waktu 6 bulan. Terapi laser juga merupakan perawatan hipersensitivitas dentin.

Home-use treatment
Merupakan perawatan yang murah, aman, non invasif dan mudah digunakan. Berdasar mekanisme aksinya, perawatan di rumah dikategorikan menjadi dua
  1. Perawatan rumah yang mengganggu transmisi saraf : Bahan yang paling sering digunakan adalah 5% potasium nitrat. Ion potasium bekerja dengan memenetrasi sepanjang tubulus dentinalis dan memblok repolarisasi serabut saraf A. Peningkatan potasium ekstraseluler memungkinkan konsentrasi yang cukup besar untuk mendepolarisasi serabut saraf dan tidak memungkinkan terjadinya repolarisasi. Sebagai hasilnya, transmisi saraf tidak terjadi menyertai paparan stimulus dan pasien tidak akan merasakan sensasi atau sensitivitas nyeri. Dentifrices memiliki kemampuan mereduksi hipersensitivitas dalam waktu 2 minggu ketika digunakan dua kali sehari.
  2. Perawatan rumah yang memblok tubulus dentinalis : Perawatan ini dapat dalam bentuk pasta gigi, gel, dan obat kumur. Salah satu bahan aktif yang sering digunakan adalah fluoride. Stannous fluoride (0,4%) diketahui dapat meredakan hipersensitivitas dentin. Ketika fluoride diaplikasikan pada dentin yang terbuka, terjadi presipitasi dan memblok tubulus dentinalis. Selain fluoride, CPP ACP, CP dan kalsium sodium fluoride. 5% dan 7,5% sodium fosfosilikat efektif meredakan hipersensitivitas dentin. CPP ACP membantu menghambat demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi.


Daftar Pustaka
Daniel, S.J., and Harfst, S.A., 2004, Dental Hygiene : Concepts, Cases and Competencies. Mosby, St. Louis Missouri, p. 429-437.
Saylor, C. D., dan Overman, P. R., 2011, Dentinal Hypersensitivity: A Review, The Academy of Dental Therapeutica and Stomatology, 1-16.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar